Widget

Change Background of This Blog!


Pasang Seperti Ini

Selasa, 31 Januari 2012

Ibu 'Berbohong'?


Sahabat, dalam tulisan kali ini, Saya akan mencoba untuk menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan Ibu Kita,,Cobalah sedikit renungkan ‘kebohongan’ yang dilakukan oleh Ibu Kita
  • Saat makan, jika makanan kurang, Ia akan memberikan makanan itu kepada anaknya dan berkata, "Cepatlah makan, ibu tidak lapar."
  • Waktu makan, Ia selalu menyisihkan ikan dan daging untuk anaknya dan berkata, "ibu tidak suka daging, makanlah, nak.."
  • Tengah malam saat dia sedang menjaga anaknya yang sakit, Ia berkata,  "Istirahatlah nak, ibu masih belum ngantuk.."
  • Saat anak sudah tamat sekolah, bekerja, mengirimkan uang untuk ibu. Ia berkata, "Simpanlah untuk keperluanmu nak, ibu masih punya uang."
  •   Saat anak sudah sukses, menjemput ibunya untuk tinggal di rumah besar, Ia lantas berkata, "Rumah tua kita sangat nyaman, ibu tidak terbiasa tinggal di rumah besarmu, nak."
  •  Saat menjelang tua, ibu sakit keras, anaknya akan menangis, tetapi ibu masih bisa tersenyum sambil berkata, "Jangan menangis, ibu tidak apa apa." Tanpa Kita sadari Ini adalah kebohongan terakhir yang dibuat ibu.
Tidak peduli seberapa kaya kita, seberapa dewasanya kita, seberapa kuat Kita ibu selalu menganggap Kita anak kecilnya, yang masih harus selalu dijaga, mengkhawatirkan diri kita tapi tidak pernah membiarkan Kita mengkhawatirkan dirinya.

Semoga smua anak di dunia ini bs menghargai setiap kebohongan seorang ibu....karena beliaulah malaikat nyata yg dikirim TUHAN untuk menjaga Kita sampai akhir hidupnya.

Remember that – oboete Iru

Berharganya Waktu 'Bersamamu'


Sahabat..ketemu lagi dengan Saya, melalui torehan-torehan yang mungkin sudah pernah Sahabat semua baca ataupun alami sendiri…hehehe
Kali ini Saya akan coba menceritakan sebuah kisah yang sangat singkat, namun dengan singkatnya cerita ini semoga dapat memberikan makna yang sangat dalam bagi Sahabat semua…
#ih waw…

Ceritanya seperti ini, Sahabat…

Pada suatu hari hiduplah sepasang kekasih, Mereka saling mencintai dan berencana untuk segera menikah, namun suatu hari tanpa diduga sang Laki-laki ingin menguji seberapa besar cinta dari pasangannya…
Si Laki-laki menantang kekasihnya untuk tidak berkomunikasi dengannya selama 1 hari penuh, baik itu sms, telepon, ataupun melalui media lain..tidak berkomunikasi dalam bentuk apapun kepada sang Laki-laki.
Tantangan tersebut bukan tanpa janji, melainkan sang Laki-laki bilang kepada kekasihnya “kalo Kamu sanggup menjalani tantangan dariku, maka aku janji akan mencintaimu selamanya, tak akan pernah berpaling ke Perempuan lain, dan akan selalu hidup di hati Kamu”.
Mendengar kalimat si Laki-laki, Perempuan itu setuju untuk melaksanakan tantangan yang diberikan oleh si Laki-laki.
Singkat cerita, Si Perempuan berhasil menjalani sesuai perjanjian, yaitu tidak berkomunikasi dengan kekasihnya selama 1 hari penuh, tentu saja membuat si Perempuan sangat lega karena ‘penderitaan’ yang ia rasakan selama 1 hari itu akan diganti oleh cinta si Laki-laki untuk selamanya.
Setelah melalui tantangan itu si Perempuan tidak sabar ingin segera menemui kekasihnya, maka datanglah Ia ke rumah si Laki-laki…namun alangkah terkejutnya dia saat di perempatan dekat rumah kekasihnya terdapat BENDERA KUNING dan banyak sekali orang-orang berkumpul di rumah kekasihnya.
Perempuan itu bingung, Ia segera berlari ke Rumah kekasihnya dengan Harap-harap Cemas dan penuh tanda Tanya..”Siapa yang meninggal ya??jangan-jangan!!”. Setelah sampai di depan pagar Rumah kekasihnya, Ia bertanya kepada para pelayat..”Pak, siapa yang meninggal?”..namun tak ada yang mau menjawab karena semuanya tidak tega melihat perempuan yang sebentar lagi akan menikah itu…kemudian Ia masuk ke dalam rumah, dan…..Tak kuasa menahan air mata Ia menangis sejadi-jadinya, dengan tubuh yang langsung jatuh seketika,,ternyata yang meninggal adalah kekasihnya yang sebentar lagi akan menikah dengannya, ternyata yang terbujur kaku dibalut kafan adalah orang yang sangat dikasihinya..menangislah Ia, pupus harapan menikah dengan pujaan hatinya…

(Ternyata tanpa diketahui oleh sang Perempuan, si Laki-laki menderita Kanker Otak stadium akhir dan sudah divonis dokter hanya hidup satu hari lagi).

Tak lama berselang, Ibunda dari si Laki-laki keluar menemui si Perempuan, Beliau memberikan sebuah surat yang ditinggalkan oleh si Laki-laki yang sengaja dititipkan untuk diberikan kepada si Perempuan…adapun  isi suratnya adalah:

“Sayang, selamat yaa..Kamu berhasil, berhasil menjalani tantanganku…Aku yakin Kamu orang yang kuat, aku punya satu permintaan lagi..tolong Kamu lakukan lagi yaa tantangan ini, tapi untuk waktu yang sangat lama..walaupun aku tidak bisa memenuhi semua janjiku, tapi ada sebagian yang bisa aku penuhi, yaitu aku akan selalu hidup di hati kamu.. I Love You”


Sahabat…itulah akhir ceritanya,,,apa ya pelajaran yang mungkin bisa Kita ambil??...Saya coba menyimpulkan bahwa

“Kita seharusnya lebih menghargai dan mencintai orang-orang yang Kita Sayang, siapapun itu, Baik Orang tua, Sahabat, Teman, Suami/Istri, atau mungkin Kekasih Kita,,juga Kita lebih menghargai setiap detik kebersamaan yang ada, karena Kita tidak tahu apa yang akan terjadi tahun depan, bulan depan, minggu depan, besok, atau bahkan se-detik kemudian kita tidak akan tahu…Hanya Tuhan yang tahu segalanya..Kita sebagai manusia diwajibkan untuk menghargai waktu, jangan disia-siakan”

“hargai setiap detik sebuah kebersamaan, karena boleh jadi detik itu adalah saat-saat terkahir kebersamaan Kita dengannya”

Remember that – Oboete Iru

Sabtu, 21 Januari 2012

Sampah Bagi Kita dan Bagi Mereka




Sahabat, kalau ada yang menyebut kata “Sampah”, pasti yang terlintas dalam benak Kita adalah sesuatu yang sudah tidak berguna, yang sudah seharusnya Kita buang, dan tidak memiliki arti sama sekali bagi Kita. Namun, mari Kita sama-sama melihat bukan dari sudut pandang harfiah, tapi dari sudut pandang lain, misalkan dari orang yang berkaitan dengan “Sampah” tersebut.
Sahabat, pada kesempatan ini, Saya akan berusaha menyampaikan apa yang Saya lihat kepada Sahabat sekalian…

Kejadian ini Saya lihat pada saat sedang di tempat cuci steam motor, kebetulan Saya baru saja pulang Rapat Organisasi, karena tempat cucinya berada persis di pinggir jalan jadi Saya bisa melihat banyak sekali kendaraan yang lewat.
Ada sebuah pemandangan yang menarik perhatian Saya, yaitu seorang yang Tua sedang menarik gerobak penuh dengan sampah botol plastik dan besi-besi tua. Beliau berjalan dengan terengah-engah, keringat yang mungkin sudah seperti guyuran air hujan, dan tanpa alas kaki…yang paling menyesakkan dada Saya adalah kondisi jalanan saat itu menanjak dan banyak sekali kendaraan yang membunyikan ‘klakson’ kendaraannya dengan keras…ada apa ini? Apakah mereka terburu-buru padahal yang berjalan di depan mereka adalah seorang tua yang sedang bekerja.
Bapak itu berjalan rintih, langkahnya berat sekali, mungkin yang dia tarik itu sangatlah berat, Saya saja mungkin tidak akan kuat menariknya. Yang paling membuat Saya tertarik adalah pada saat Bapak itu lewat di depan Saya, beliau masih sempat tersenyum kepada Saya, senyumnya ringan sekali, seolah tidak ada beban yang dia tarik, Saya pun membalas dengan senyuman

Singkat cerita, ada satu buah mobil yang bergerak mendahuluinya kemudian membuang botol minum di pinggir jalan…Saya sih sudah tidak heran,,ah biasa itu, sampah ini, wajarlah dibuang…tapi yang membuat Saya terhenyak adalah Bapak itu menghentikan langkahnya, meminggirkan gerobaknya kemudian memungut sampah botol minuman tersebut. Lho..bukankah itu sampah ya?? Kenapa masih sempat beliau menghentikan langkah kemudian memungut sampah tersebut. Saya melamun sebentar.
Saya baru menyadari ketika seorang Bapak di belakang Saya menepuk pundak Saya, Bapak itu ternyata sama seperti Saya, Sama-sama pasien cuci motor.., terjadi percakapan di antara Kami:


Bapak
:
“Mas, Bapak tadi itu tetangga Saya, Dia itu pemulung, Anak-anaknya butuh sekolah dan butuh makan, itulah yang membuat Dia kuat seperti itu, Demi keluarga, Mas”
Saya
:
“Lho pak, itu tadi Cuma satu botol aja Pak, gak ada artinya juga, apalagi Bapak tadi sampai harus berhenti gitu…kan bahaya”
Bapak
:
“yaah mas, namanya juga orang bekerja mas, bagi dia satu gelas plastik bekas minuman Aqua yang 500an itu juga sangat berharga mas, Saya tahu karena Bapak itu sendiri yang bilang ke Saya, waktu itu dia pernah bilang, “Saya mah pak, walaupun satu gelas plastik gak bakal Saya lewatin pak, lumayan buat dikiloin,,,anak juga butuh duit buat SPP”, gitu mas”
Saya
:
“wah..beda banget ya sama orang-orang kebanyakan, yaa termasuk Saya juga sih pak,hehe, kalo sampah yaa harus dibuang”
Bapak
:
“yaa itu kan karena Kita merasa cukup aja Mas, lagian Kita gak ada di posisi Bapak tadi kan?..yaa ini jadi pelajaran buat Kita semua mas, ternyata Barang yang menurut Kita gak berharga sangat berharga bagi orang lain lhooo..”
Saya
:
“iya juga sih Pak”

Kemudian Motor Saya selesai dicuci dan Saya pulang dengan mendapat pelajaran yang baru, bahwa mungkin sesuatu, misal seperti sampah, sudah tidak ada artinya apa-apa lagi bagi Kita, namun bagi orang lain itu sangat berharga, bahkan bisa membantu menyambung hidup orang-orang tertentu…

Analoginya mungkin bisa seperti ini, mungkin uang Rp 1,000 tidak berarti bagi Kita yang serba kecukupan atau mungkin hidup mewah, (ah, uang segitu mah buat apa sih??)...tapi coba Kita lihat ke luar sedikit saja, Uang Rp 1,000 bisa membuat orang saling membunuh, karena apa? Karena uang sekecil itu bagi mereka Sangat berarti…

So, Sahabat…yuk sama-sama memperbaiki diri dengan cara lebih menghargai sesuatu yang Kita miliki, sekecil apapun itu, se-tidak-berarti-nya itu bagi Kita,,,Kita juga harus sadar bahwa Dunia ini berputar, ada saatnya semua berubah sekejap mata, Karena boleh jadi sesuatu yang Kita anggap remeh hari ini, justru akan sangat Kita butuhkan di masa yang akan datang…

Remember that – Oboete iru

Ibu



Apa yang Saya tulis di sini mungkin sudah pernah sahabat semua alami…sekadar mengingatkan saja buat sahabat semua bahwa mungkin inilah sedikit profil mengenai Ibu kita,

Ingat sebuah kalimat yang diutarakan orang-orang bijak, bahwa “seburuk apapun Ibu Kita mereka tetap Ibu Kita, yang wajib Kita hormati”

So, silakan menikmati segelintir kalimat yang ada di sini

Ibu, mungkin saat Kita berada di dekatnya Kita tidak merasakan kehangatan..tapi ketahuilah, bagi seorang Ibu, dekat dengan anaknya adalah kehangatan yang sangat luar biasa walaupun itu hanya sekadar lewat telepon.

Ibu, mungkin saat Kita sedang sakit, Kita tidak mengkhawatirkan diri sendiri..tapi ketahuilah, bagi seorang Ibu, ketika mendengar Kita lecet saja karena jatuh atau mendapat luka kecil merupakan sesuatu yang dapat mengiris hatinya.

Ibu, mungkin saat Kita telah bersenang-senang dengan teman Kita, Kita lupa terhadap beliau..tapi ketahuilah, bagi seorang Ibu, saat Beliau sedang merasa senang, Beliau selalu khawatir dengan Kita, apakah Kita juga merasa senang seperti apa yang Beliau rasakan.

Ibu, mungkin saat Kita ada masalah terhadap teman Kita, ataupun masalah apapun baik kecil ataupun besar, Kita tidak segan-segan untuk menceritakan kepada Beliau..tapi ketahuilah, bagi seorang Ibu, menceritakan bahwa Beliau hanya memiliki masalah yang kecil saja beliau tidak tega, khawatir Kita akan ikut memikirkan masalahnya.

Ibu, saat Kita kenyang di perantauan, mana Kita tahu bahwa Beliau menahan lapar agar Kita bisa makan di perantauan?

Ibu, mungkin saat Kita mendengar atau melihat Beliau sakit, Kita masih bisa tertidur lelap..tapi ketahuilah, bagi seorang Ibu, mendengar atau melihat Kita sakit, Beliau tidak akan pernah bisa tidur sampai Kita benar-benar tersenyum karena sudah sembuh.

Ibu, mungkin saat sedang terjadi bahaya, Kita sibuk menyelamatkan diri Kita..tapi ketahuilah, bagi seorang Ibu, saat terjadi bahaya, Beliau rela menukar apapun asalkan Kita bisa terhindar dari bahaya itu.



Ibu, akan selalu memberikan Kita kehangatan, perhatian, cinta, dan kasih sayang…apapun kondisinya, bagaimanapun kedaan Beliau

Ibu, akan selalu mendoakan Kita sepanjang hidupnya, walaupun sangat jarang sekali Kita mendoakan Beliau
Ibu, You’re the strongest woman for us..
Mudah2an Kami bisa selalu memberikan yang terbaik buat Ibu, apapun itu…

Remember that - Oboete Iru